bilik BINTANG, yang sedang dan akan terus kejar kejora, terangi semesta
bilik BINTANG, tempat bermimpi, berkeluh, bercermin, bercerita
bilik BINTANG, untuk DUNIA...


Tuesday, September 25, 2007

selangkah demi selangkah (dari anak baru di gang)

Alhamdulillah. Hari ini kelar salah satu tantangan. Mid-term presentation berjalan dengan tanpa banyak masalah. Tinggal konsentrasi ama konser bubaran sabtu ini. Abis itu ada naitei shiki, abis itu ada jalan-jalan bareng lab, abis itu lebaran, abis itu ada kerja di tokyo international film festival. Makasih ya Allah, for making this life sooo busy...

Sunday, September 16, 2007

my best friend's wedding

baru saja pulang dari nikahan temen. ralat, baru saja pulang dari nikahan sahabat.

genta, salah seorang dari segilintir orang jepang yang bisa saya bilang sebagai "my best friend", menggelar serangkaian prosesi pernikahan dan pestanya hari ini. jam setengah satu siang, acara dimulai dengan "akad" di chapel. lalu berikutnya dilanjutkan dengan pesta pernikahan babak pertama yang terasa sedikit eksklusif, karena hanya dihadiri oleh keluarga dan sahabat terdekat. jujur, senang sekali bisa diundang untuk hadir di pesta babak pertama ini. tidak cuma itu, saya didaulat jadi salah satu dari empat orang yang diberi kesempatan untuk memberikan sepatah dua patah kata, bercerita tentang sang mempelai, di sana. belum cukup, genta juga meminta saya buat menyanyikan sebuah lagu (i picked quite a standard that seldom fails, joe cocker's "you are so beautiful". and i think i did it very well, if "goosebumps-worth" is just too much. hehehe). semua kesempatan dan kepercayaan yang dikasih genta bener-bener an honor. dan frankly, bener-bener bikin saya senang karena selama ini saya tidak bertepuk sebelah tangan menganggap dia sahabat. lebih penting lagi, bikin saya bersyukur, dikaruniai teman seperti dia, di saat banyak teman-teman pelajar indonesia di sini yang berkeluh tentang sulitnya bersahabat karib dengan orang jepang. nggak bisa makan saat tamu-tamu lain sibuk menyantap satu course makanan yang looks amazingly yummy was not even a problem, cause i was just too grateful and overwhelmed for all the privilages given to me.

malamnya, digelar pesta pernikahan babak kedua, yang dihadiri lebih banyak orang dan digelar dengan suasana yang lebih santai. takjub, melihat luwesnya genta dalam bergaul, karena yang datang sangat banyak buat ukuran pesta orang jepang. by the way, sembari balas dendam makan, seneng banget bisa ngobrol lagi ama temen-temen dulu, yang sekarang udah jarang ketemu. seneng banget bisa nyanyi bareng after all the blank we had, bareng grup akapela tersayang, dominoplan.

saya pulang sambil tersenyum. tersenyum pada diri sendiri, yang begitu naif.

remember my previous post? all the things i wrote about the wall that i have to build are just craps. pernikahan ini buat saya sadar, kalau saat ini, saya bukan dalam kondisi untuk bisa membangun dinding. karena kalaupun bisa saya bangun, dinding itu akan runtuh dalam sekejap, tak mampu membendung semua rasa yang ada.

hehehehe, iya.. kemaren saya bisa bertemu dia setelah sekian lama. setelah sekian lama disundut rokok jealousy (huehuheue... so lame). chemistry between us looks starting to turn tangible. hahaha... don't judge me. tapi biarkanlah saya hirup udara dunia optimis ini. biarkanlah saya jadi salah satu fools in love. biarkanlah saya tetap naif, karena being naive is not bad at all; it feels good. biarkanlah lagu klasik the nolans terus berputar dalam kepala saya...

i'm in the mood for dancing, romancing....

happy wedding buat genta dan akiko. sue nagaku oshiawase ni.

Tuesday, June 19, 2007

mendung

berharap,
dalam tidur,
dinding ini akan hancur...

(inspired by Maroon 5 - Nothing Lasts Forever)

kamu isyaratkan untuk berhenti,
aku berusaha untuk berhenti.
kamu mulai menjauh,
aku mulai menarik sauh.
kamu putuskan ari-ari bening itu,
aku coba tambatkan diri di dermaga baru.

kamu harus tahu
aku sudah coba membangun dinding
untuk bendung segala rasa
tolak semua pesona

aku tahu,
ini sudah benar
dinding ini memang harus tegak
tapi entah kenapa, aku selalu mencoba untuk memanjatnya
ku tak tahu kenapa, aku tak pernah berhenti untuk mengikis
dinding dingin ini, yang penuh dengan namamu

aku tahu,
ini sudah benar
dinding ini memang harus tegak
tapi tiap malam aku berharap
dalam tidur, dinding ini akan hancur
dan kamu ada di sana, bangunkan aku yang luluh tersungkur

tapi aku tahu,
ini sudah benar
dinding ini memang harus tegak....

Tuesday, June 05, 2007

again, me, melted, mellowed

la vie ne vaut d'etre vecue sans amour
mais c'est vous qui l'avez voulu, mon amour....
(la javanaise- gainsbourg)

saya punya ide buat bikin tulisan. nggak hanya sekedar bisa dibikin cerpen, i think i can turn it into a script for a tearjerker flick. tapi itulah... entah kenapa belakangan ini susah banget untuk memulai untuk menulis. artikel yang harus dibikin aja masih mentok di awal.

tapi, minggu depan musim hujan.

biasanya ilham datang dari awan jenuh.

Tuesday, May 22, 2007

babak baru

bismillahhirrahmaanirrahiim

tema baru (setelah sadar research lama terlalu banyak masalah), status baru (pelajar yang officially taken, still single though), kondisi tubuh baru (tambah gendut), suasana hati baru (menyenangkan).

mudah-mudahan blog ini juga akan sering diperbarui. amin.

Monday, September 11, 2006

dari akhir juni di cebu

ada yang penting terlewati, saat kita terlalu sibuk melihat ke atas.

Tuesday, September 05, 2006

Feelin' Fuji (unedited version)

Masih inget nggak, anak kayak gimana kamu waktu umur sepuluh tahun? Dare to compare yourself to this “kid”? Di usianya yang “baru” sepuluh tahun, Fuji Rock Festival (FRF) sudah mantap sebagai salah satu festival terbaik dan bergengsi di dunia. Buat jaga brand yang kinclong ini, cuma yang punya keberadaan siginifikan di dunia musik yang bisa tampil di FRF. 28-30 Juli lalu, penampilan ratusan musisi terbaik dari seluruh penjuru dunia jadi hadiah yang tidak terlupakan buat jutaan fujirockers yang ikutan pesta ulang tahun ke-10 FRF tiga hari tiga malam. Stringer Trax, Bintang K. Akbar, bagi-bagi kado buat kamu, all the way from Japan.

DAY 1 Salah satu yang berpotensi besar jadi pengganggu festival musik yang diadakan outdoor ini adalah cuaca yang kurang bersahabat. Buat para newbies, mood bisa drop berat ngeliat langit yang mendung di Jumat pagi. Tapi fujirockers veteran terlihat mondar-mandir dengan relaxed, serasa bilang “Kan ada raincoat dan boots..”. Indeed, walau cerah tetap yang terbaik, hujan bukan masalah besar untuk menikmati festival ini, malah beri warna yang nggak akan bisa didapat di konser dalam ruangan.

FRF ini digelar di Naeba ski resort, Niigata yang punya alam yang magical. Ada 11 panggung tersebar. Green Stage (Main Stage), White Stage, Red Marquee, Orange Court, dan Field of Heaven adalah 5 panggung terbesar. FRF dibuka dengan speech dari organizer yang menggandeng Orlando Bloom mencanangkan GLOBAL COOL sebagai tema tahun ini. Tapi speech tidak dibuat panjang, dan fujirock tidak dibiarkan adem terlalu lama. Langsung The String Cheese Incident dari Detroit memerawani Green Stage dengan sound American rock dengan pengaruh country sana-sini. Cover Pink Floyd, “Another Brick in Another Wall” di tengah show jadi trigger buat menghangatkan corwd yang sepertinya masih malu-malu. Dibungkus dengan “Rollover”, grup unik ini menuntaskan misinya dengan aman.

Berikutnya, pindah ke Red Marquee, satu-satunya stage yang beratap, untuk ikutan rusuh nonton The Spinto Band. 6-piece indie rock baru ini ngegeber lagu-lagu dari album pertamanya, Nice and Nicely Done. Walau masih anak baru, these guys really know how to spin the audience around.

Waktunya merehatkan badan sebentar. Venue FRF ini menawarkan tempat yang sempurna untuk itu. Dengan menggunakan kereta gantung terpanjang di dunia (5.5 km) bernama Dragondola, saatnya chill out di daerah Daydreaming stage. Tidur-tiduran di rumput sambil dengerin acoustic live atau kembali ke masa kecil dengan ayunan, simply peaceful.

Inginnya berlama-lama di atas, tapi harus segera turun karena di bawah banyak show yang terlalu sayang untuk dilewatkan. Pesta hari pertama ini dilanjutkan dengan Asian Kung-Fu Generation (Ajikan, nicknamenya), grup indie rock Jepang yang dikenal di Indonesia karena mengisi soundtrack anime, Naruto. Tidak butuh macam-macam untuk menggerakkan crowd, karena dibandingkan musisi asing yang ibarat tanding away, buat Ajikan ini a home match. Overall mereka bermain bersih sekali, seperti CD, tapi butuh sedikit belajar untuk tampil like a rock star.

Hari dilanjutkan dengan The Zutons, yang bawain 2 lagu mereka “Tired of Hangin’ Around” dan “Why Won’t You Give Your Love”, acoustically di booth MTV. Cuma pake 2 gitar dan satu tamborin, this rare performance zipped those mouths saying that they won’t be good playing unplugged. Awesome!

After almost broke my ribs moshing along The Cribs (oops, lebay., but demi a rhyme) and experienced some Dirty Pretty Things, then it was the time for Gnarls Barkley to serve the dish from the White Stage. Ceelo and MC Dangermouse nggak tampil beduaan. Mareka bawa dapur ke atas panggung, secara berdandan lengkap ala chef dan didukung string section in sexy spoon uniform, singing waitresses dan jamming dish washers. This UK phenomenon meracik greasy yummy tunes buat fujirockers dari awal ampe akhir, sampe semua kenyang. Crazy!

Senja tiba bawa Jet mendarat di Green Stage. Mereka telah berevolusi ke bentuk yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan penampilan di tempat yang sama, dua tahun lalu. Lagu-lagu wajib kayak “Are You Gonna Be My Girl?” dan “Look What You’ve Done” kali ini udah benar-benar buat semuanya bernyanyi bersama. Well done, mate! Setelah Jet take off, ada satu jam tersisa menuju penutup hari pertama. Cover album kedua penampil berikutnya yang terinspirasi dari seni avant-garde rusia mulai digantung di belakang pangung. Tentunya saya sudah stand by di mosh pit dengan resiko kehilangan The Zutons. Tapi saya yakin semua pengorbanan itu worth it, karena penampilan Franz Ferdinand was bloody amazing and outstandingly energetic! Alex Kapranos, who by the way looked incredibly fine in white pants as if he were born to wear them, also did a very great job in communicating with audience. Saat Alex bilang “I have one question for you. (interval) Do You Wanna?”, mosh pit rrruussuuh abis bereaksi. Semua mulai nyanyi bareng saat itu dan di lagu-lagu berikutnya kayak “Take Me Out”, “Dark of the Matinee”, “Eleanor, Put Your Boots On”. Ditutup dengan “This Fire” sebagai encore, nggak ada yang tersisa untuk dikomentari. Franz Ferdinand Friggin’ Fantastic!

DAY 2 Hari kedua diramalkan jadi hari yang paling dipadati. Dan sejak penerus AC/DC dari Australia, Wolfmother membuka hari kedua di Green Stage, tampak jumlah fujirockers membengkak bila dibandingkan dengan hari pertama. Nggak cuma panggung utama aja yang dikerubuti, penampilan The Rifles di Red Marquee pun laris manis. Bawain lagu-lagu dari dua album mereka, seperti “Peace and Quiet”, “When I’m Alone”, “Repeated Offender”, etc, 4-piece band dari Inggris ini memang patut diperhitungkan.

Pindah ke White Stage, sekarang waktunya buat bilang moshi-moshi to moshing-moshing bareng Valencia, grup Emo Punk dari Philadelphia. Rocked! Sayang joget penuh kekerasan yang mengasikkan ini harus dipotong di tengah-tengah karena The Hives sudah bersiap untuk menggoyang Green Stage. Dan benar-benar luar biasa! Saya tidak percaya kalau mereka adalah band yang ditonton hanya setengah dari kapasitas venue dua tahun lalu di Summer Sonic. Band asal Swedia ini grew a lot! By, a lot, I mean A LOT! Bawain lagu-lagu dari album kedua mereka Tyrannosaurus Hives, kayak Two-Timing Touch and Broken Bones, Walk Idiot Walk, No Pun Intended, A Little More for Little You, Missing Link, dan beberapa lagu baru yang disiapkan untuk album berikutnya, The Hives really bites! Vokalis The Hives, Howlin Pelle Almqvist tampil bak seorang alumni Rock ‘n Roll Star School. Dan pribadi, bagi saya salah satu momentum terpenting pada penampilan mereka adalah saat mereka bawain lagu Die, Alright dari album pertama mereka, Veni Vidi Vicious, atas request penonton. Nothing left to say, The Hives bites!

Saya lanjutkan petualangan hari itu ke Red Marquee yang hadirin The Like. Band 3 cewek ini seakan nggak peduli ama audience di Red Marquee yang hampir setengahnya adalah orang-orang yang ngungsi dari hujan. But they should be lucky, karena The Like tampil all out. Bagi yang belum pernah dengar, coba deh dengerin “Far and Away” atau “Under the Paving Stones”.

Langsung cabut ke Field of Heaven buat mandi junub, I mean musically, dengan dengerin soothing voicenya Tristan Prettyman. Tapi, karena hujan menderas, jalan menuju stage jadi penuh tantangan dan butuh waktu lama, untung saya masih tetap bias mendengar “Love, Love, Love” yang dibawain Tristan to wrap up her show.

Dan untuk persiapan buat getting crazy di malem harinya, saya putuskan buat pergi ke another foreplay, dengan nonton rock-hiphop-dance duo dari Denmark, Junior Senior yang benar-benar menjalankan tugasnya dengan asoy! Moved my feet for real!

Dan tibalah akhir dari penantian yang panjang. It’s time for Kula Shaker, the new Kula Shaker with Haryy Broadbent on Keyboard, to shake the Red Marquee. Dari awal sampe akhir, dari Sound of Drums sampe Govinda, they did shake our body and soul! Saat Tattva dibawakan, I have to admit that my eyes were hot and my cheeks were wet. Baru pertama kalinya saya nangis saat nonton a rock band performing. Dan saya tahu I’m not the only one. Welcome back, Guys!!!

Dan saatnya untuk menuju klimaks hari kedua, giliran Red Hot Chilli Peppers to burn our brains out! Saya saya lebih dari 30,000 dari 40,000 fujirockers yang dating berkumpul di depan Green Stage, buat jadi saksi this living legend. Anthony, Flea, Chad, and John serasa ngasih pelajaran buat musisi muda how to play music and how to perform fantastically. Membawa setlist yang seimbang antara lagu lama dan lagu baru dari Stadium Arcadium, mereka sangat tahu apa yang penonton mau. Ditambah aksi Flea yang ngocol (duhh, bahasa jaman kapan ya?) tampil solo nyanyi nursery rhyme, “If You Happy and You Know” dan John yang surprisingly ngasih hadiah solo cover Bee Gess “How Deep is Your Love”, semua megap-megap kepedesan. Habanero, give your way out to the hottest chilli pepper in the world, RHCP!!!

Saat kamu pikir sudah cukup untuk malam ini, Fuji Rock berkata lain. Kita masih disuguhin tampilan berkualitas dari this UK dance-rock-band, Scissor Sisters di White Stage. Walau di awal crowd sedikit karena berbarengan dengan jadwal RHCP, saat mereka mulai bawain tembang dance jagoan mereka, kayak lagu baru bat album Ta-Dah “Don’t Feel Like Dancing”, incredible Pink Flyod cover “Uncomfortably Numb”, “Love is the Victim’, etc, ples dance super hot Ana dan Jack, mereka sukses membawa misi mereka malam itu which is to make all fujirockers, horny. Honey, you’d definitely made sleeping tightly uneasy for us that night! You’re superbly filthy and gorgeous! Wajar banget, dari band namingnya aja udah nakal abis…


DAY 3 Hari terakhir, but still have a long way to go to an ending. Dibuka dengan the ground breaking performance of Taiko Drum Grup, Koudou. Dilanjutkan dengan a nice experience dengerin ISIS dari pinggir kali untuk mendinginkan badan di Minggu yang amat cerah tanpa awan ini.

Puas kecipak kecipuk di pinggir kali, saya berharap bisa melihat kuda hitam dari atas pohon ceri bareng KT Tunstall. Looking great in a pretty dress, she amazed us all dengan lagu-lagu dari album debutnya. Sayangnya, lenguhan “one, two..” di awal lagu “Black Horse and Cherry Tree” nggak digelar siang itu. Ouchy..

Di stage yang sama Snow Patrol, berikutnya Jason Mraz, melanjutkan suguhan mewah buat semua fujirockers. Dan akhir hampir terasa, saat The Recounters membuka performanya di Green Stage. Walau sempat didelay karena trouble saat setting, they gave us an excellet show, walau the setlist terasa a bit shortish. Tapi tetap charisma Jack White seperti menyihir kita semua saat bawain lagu-lagu kayak Together (pake acoustic guitar), Steady As She Goes, Level, Hands, etc, bahkan serasa mengubur the songwriter Brendan Benson. Yah, resiko kali ya, bikin band bareng Jack White. Guys, next time you perform, be sure to have a long setlist. We just want more!!

Dan makin menuju klimaks, saatnya untuk lompat-lompat riang di mosh pit bareng The Strokes. Semua yang di sana seperti merasa tidak dikhianati, karena mereka benar-benar memuaskan. Julian yang udah layak jadi role model for a rock star, beberapa kali turun ke floor untuk membiarkan dirinya digerayangi crowd yang haus nyentuh. Benar-benar jiwa service yang luar biasa. Setlist mereka amat memuaskan. Dengan Juicebox dan On The Otherside dari album ketiga, they stroke back. Dinamika penampilan juga bikin kenikmatan menonton tambah luar biasa kayak tampil serene di lagu Ask Me Anything, cool di 12:51, asik di You Only Live Once, dan hard di Reptilia, Last Night, dan 2 lagu encore, New York City Cops plus Take It or Leave It. Berada di posisi manggung yang berat emang nggak gampang, tapi mereka membuktikan kalo they deserved the place dan adalah salah satu band muda yang siap jadi legenda.

Akhirnya kendurian musik 3 hari 3 malam ditutup ama legenda, Happy Mondays. Walau Shaun Ryder, the frontman, mabuk berat, meraka tanpa banyak masalah bisa membuat Green Stage jadi rave yang penuh dengan crowd yang dancing gila-gilaan, seperti ini baru sebuah awal.

Tidak ada encore, karena mabuk Shaun udah sampe puncak. Tapi penampilan mereka adalah sebuah ending yang sempurna untuk menutup pesta ulang tahun ini. Walau banyak yang harus dikorbankan seperti Yeah Yeah Yeahs, The Zutons, Mogwai, Madness, Mistery Jets, and a lot more, the last 3 days and 3 nights was a helluva one. Fuji rock tells you the recipee to enjoy music the most: great live performances, breathtaking nature, incredible food, and coolest people sharing the same aim, to have fun like there’s no tomorrow. See you next year!